Tuesday, February 22, 2022

Seni Rupa Tradisional: Sejarah, Ciri-ciri, dan Contohnya, Pengertian songket, ulos, dan lurik.

Seni tradisi adalah seni yang menjadi bagian hidup masyarakat suatu suku bangsa tertentu. Pada awalnya seni tradisi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari acara atau upacara ritual, baik di lingkungan istana maupun di kalangan masyarakat awam.

Pada suatu saat dapat saja seni tradisi musnah, lenyap ditelan zaman tidak lagi ditampilkan, disebabkan keengganan dan ketidakmauan masyarakat untuk melestarikan maupun mengikuti tradisi tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman yang mana kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berimbas pada meningkatnya taraf hidup masyarakat, tingkat kemakmuran yang semakin tinggi dengan efek adanya kompetisi di berbagai bidang menuntut adanya efisiensi, kepraktisan dalam segala hal, serba instan, praktis, dari sinilah bermula semakin memudarnya seni tradisi yang semakin kurang diminati masyarakat. Diperlukan kearifan dari para pemangku kepentingan di bidang seni tradisi untuk menyiasati perubahan tersebut dan rasa memiliki serta kepedulian masyarakat sehingga seni tradisi tetap diminati masyarakat, menjadi kebanggaan masyarakat.
Seni Rupa Tradisi dikelompokkan menjadi karya seni rupa dua dimensi tradisi, karya seni rupa tiga dimensi tradisi, dan karya seni kriya tradisi.

1. Karya Seni Kriya Tradisi
Seni kriya adalah cabang seni rupa yang proses pembuatannya sangat memerlukan keahlian yang tinggi (craftsmanship), sehingga seniman hampir tidak dapat menyisihkan perhatiannya untuk berekspresi. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art/useful art) yang lebih mengedepankan aspek nilai guna dan keindahan/estetika bagi kehidupan manusia. Aspek kegunaan atau fungsi menyangkut nilai praktis dari produk kriya, sehingga proses pembuatannya memerlukan pertimbangan seperti kenyamanan, keluwesan keindahan, keamanan.

Kenyamanan diperoleh apabila mempertimbangkan faktor ergonomi, yakni dalam rancangannya memperhitungkan ukuran dan bentuk yang sesuai dengan ukuran proporsi anatomi manusia. Aspek keluwesan diperoleh apabila rancangannya mempertimbangkan fungsi benda kriya, hubungan antara bentuk benda dengan nilai gunanya.

Aspek keamanan berkaitan juga dengan faktor ergonomi yaitu agar tidak mencelakakan atau melukai pemakainya. Aspek keindahan atau estetika juga berperan penting dalam merancang sebuah benda kriya. Nilai keindahan akan memberi makna kebanggaan bagi pemilik atau pemakainya. Aspek bahan berpengaruh pada penentuan teknik, bentuk dan kualitas dari benda kriya yang dibuat. Pemakaian bahan alami seperti kulit, kayu, kapas dan sebagainya umum digunakan.

Karya seni kriya tradisi selain mempertimbangkan aspek di atas juga yang paling penting adalah pertimbangan aspek filosofis. Contohnya pada wayang kulit, pembuatnya harus memahami betul tentang aturan baku (pakem) pembuatan wayang kulit, mulai dari menggambar/menyeket, mempola figur wayang kulit, memahat, mewarnai, finishing akhir dan sebagainya, pembuat harus mengikuti pedoman baku pembuatan wayang kulit tersebut. Kemungkinan perubahan bisa berlaku apabila wayang kulit yang dibuat merupakan karya kreasi baru, gubahan atau karya kontemporer.


Tenunan tradisi memiliki aturan baku. Dalam menenun tradisi pun, seorang penenun juga terikat dengan aturan baku tersebut, seperti misalnya dalam penentuan motif tenunan, seperti tampak pada tenunan ulos dan songket.

Batik tradisi pun memiliki motif-motif baku sesuai daerah masing-masing, seperti motif Lasem, Banyumas, Pekalongan, Surakarta, Madura, dan sebagainya.
Motif Hias (ornamen) tradisi juga memiliki aturan baru (pakem) sesuai daerahnya masing-masing. Seperti motif hias pada ukiran yang diterapkan pada produk furniture misalnya kursi, meja, almari, dan tempat tidur. Motif ukirannya antara lain Jepara, Bali, Pajajaran, Palembang, Minangkabau, Batak, Kalimantan, ukiran Asmat, dan Toraja. Masing-masing memiliki bentuk motif hias (ornamen) baku.

Kekayaan beragam hasil seni tradisi di Indonesia sudah sepatutnya untuk dijaga, dilestarikan, dikembangkan dan dijadikan sumber kebudayaan nasional Indonesia.

a. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang khususnya di Jawa. Istilah wayang dari kata Ma Hyang, artinya menuju kepada roh spiritual, dewa atau Tuhan yang Maha Esa. Namun ada juga yang mengartikan “bayangan”, bahasa Inggrisnya shadow plays, permainan bayangan, puppet artinya boneka.
Sengkuni
(wayang purwa dari Sumenep)

Pertunjukan wayang kulit dilakukan oleh seorang dalang, sebagai narator dialog dari tokoh pewayangan yang dimainkan, diiringi dengan orkestra musik gamelan yang dimainkan oleh sekelompok pengiring/nayaga dan nyanyian oleh pesinden.


Permainan wayang dilakukan dibalik kelir (layar yang terbuat dari kain putih), disoroti lampu listrik (dahulu lampu minyak yang disebut blencong). Para penonton melihat bayangan yang jatuh di kelir. Tema atau cerita pewayangan diambil dari naskah Mahabharata, Ramayana dan cerita Panji.

Wayang oleh Badan PBB UNESCO ditetapkan sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tanggal 7 Nopember 2003. Secara fisik, wujud wayang kulit dibuat dari lembaran kulit kerbau yang telah disamak. Lembaran kulit kerbau tersebut lalu dipahat dengan menggunakan tatah (besi berujung runcing) dalam berbagai bentuk dan ukuran serta berbeda fungsinya.

Menatah (membuat lubang ukiran pada lembar kulit), mewarnai, menghias dengan motif ornamen yang telah baku, merekonstruksi, memasang bagian anatomi tubuh wayang seperti tangan, lengan bagian atas dan siku, disambung memakai sekrup kecil terbuat dari tanduk kerbau.

b. Tenunan Tradisi
Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-benang lungsin (benang lusi). Sebelum menenun dilakukan penghanian, yaitu pemasangan benang-benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun sesuai lebar kain yang diingini. Alat tenun dipakai untuk memegang helai-helai benang lungsin. Pola silang menyilang antara benang lungsin dan benang pakan disebut anyaman. Sebagian besar produk tenun menggunakan tiga teknik anyaman yaitu anyaman polos, anyaman satin dan anyaman keper.

Kerajinan tenun tradisi Indonesia antara lain songket, ulos, dan lurik.

Berikut adalah merupakan bagan untuk berkarya seni tradisi membuat tenun. Benang lungsin (membujur vertikal, warna merah) dan benang pakan (melintang horizontal, biru) dalam anyaman polos.

Bagan tenun lungsi dan pakan
Proses menenun

1) Songket
Istilah “Songket” berasal dari kata “Tusuk” dan “Cukit” yang diakronimkan menjadi “Sukit”, lalu berubah menjadi “Sungki” dan akhirnya menjadi “Songket”. Songket adalah kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan dengan menyisipkan benang perak, emas atau benang warna di atas benang lungsin. Menurut sejarahnya tenun songket berasal dari China, India dan Arab. Hubungan perdagangan yang intens antara kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan-kerajaan di wilayah China, India, dan Arab, maka teknologi pembuatan kain tenun tersebut diserap oleh masyarakat di wilayah kerajaan Sriwijaya (Sumatera Selatan dan sekitarnya) hingga dikenal sekarang sebagai tenunan songket.

Karena memiliki nilai yang begitu tinggi di masyarakat, maka kain songket hanya dipergunakan untuk acara yang sangat penting dan sakral, seperti untuk upacara adat perkawinan, penyambutan tamu (pejabat) dari luar. Seiring dengan perkembangan zaman, tenunan songket juga diaplikasikan untuk beragam produk kerajinan seperti taplak meja, sprei, hiasan dinding, kipas, baju, selendang, kursi bantal, bahan kemeja, tussor (bahan tenun diagonal) dan lainnya. Selain di Sumatera Selatan, tenunan songket juga dibuat di daerah lain seperti di Sumatera Barat.

BACA JUGA: 

2) Ulos
Menurut arti kata, ulos berarti kain, disebut juga kain ulos. Ulos adalah salah satu busana khas Indonesia yang secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak Sumatera. Teknik pembuatannya menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Filosofi Ulos melambangkan kasih sayang antara orang tua dan anaknya serta orang dengan orang lain. Awalnya ulos digunakan untuk menghangatkan tubuh. ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak.
Kain Ulos dari batak 'Ragidup'

Setiap ulos memiliki ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya memiliki sifat, keadaan, fungsi dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Ungkapan ‘mengulosi’, artinya memberi Ulos atau menghangatkan dengan ulos. Dalam hal mengulosi, ada ketentuan yang wajib dipatuhi, yakni orang hanya boleh mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahnya, seperti orang tua mengulosi anaknya, tetapi tidak boleh seorang anak mengulosi orang tuanya.

Seiring perkembangan zaman, corak, dan motif ulos digunakan untuk membuat kreasi baru seperti baju, gaun.


Labels:

Sejarah Seni Rupa Indonesia pada masa Modern

Sejarah Seni Rupa Indonesia dibagi ke dalam tiga periode yaitu zaman pra sejarah, zaman sejarah, zaman baru/modern. Zaman pra sejarah dibagi menjadi zaman batu, zaman logam, dan zaman batu besar. Sedangkan zaman sejarah dibagi menjadi zaman purba dan zaman madya.

Sementara zaman baru/modern dibagi menjadi masa perintisan (1814 – 1880), masa Indonesia jelita (Indie mooi), masa cita nasional/Persagi, masa pendudukan Jepang (1942), masa revolusi, masa 1950, dan masa kontemporer/seni rupa Indonesia baru.

Selama tiga periode dalam sejarah Seni Rupa Indonesia terdapat peningglan karya seni rupa. Beberapa peninggalan tersebut dibagi menjadi dua zaman yaitu zaman pra sejarah dan zaman sejarah. Peninggalan karya seni rupa zaman pra sejarah antara lain : batu genggam, bukit kerang, kapak persegi (beliung dan tarah), kapak bahu, kapak lonjong, gerabah/tembikar, perhiasan, kapak sepatu (kapak corong), kapak candrasa, nekara, moko, bejana motif hias, menhir, dolmen, sarchopagus, punden berundak, pandhusa, lesung batu, lukisan di dinding gua, dan patung.

Peninggalan karya seni rupa zaman sejarah antara lain : prasasti, candi, petirtaan, pertapaan, stupa, vihara, keratin/istana, pintu gerbang/gapura, motif hias, masjid, makam, istana, wayang kulit, ukir-ukiran kayu, kaligrafi, dan sistem pendidikan (pondok pesantren).

Perkembangan sejarah seni rupa pada masa modern mengalami beberapa tahapan pengembangan :

1. Masa Perintisan (1814 – 1880 M )
Raden Saleh Syarif Bustaman ( 1807 – 1880 ) adalah perintis seni lukis modern di Indonesia. Beliau adalah pelukis pertama Indonesia yang mengenyam pendidikan seni lukis modern di Eropa. Sewaktu masih di Indonesia, Raden saleh belajar dari pelukis keturunan Belgia A.A.J. Payen. Ketika di Eropa Raden Saleh belajar dari pelukis potret terkemuka Cornellius Krusemen dan pelukis lanskap Andreas Schefhout.

Pada tahun 1851 Raden Saleh pulang ke Indonesia, lalu kembali lagi ke Eropa. Pada tahun 1879, beliau kembali lagi ke Indonesia menetap di Bogor dan pada tanggal 23 April 1880 wafat di Bogor.

Lukisan Raden Saleh ‘Perkelahian dengan binatang buas'

Karya-karya lukisannya yang terkenal adalah ‘Antara Hidup dan Mati’ yang memperlihatkan pertarungan antara seekor Banteng dan dua ekor singa serta lukisan yang berjudul ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’. Secara tersirat kedua lukisan itu menunjukkan jiwa nasionalisme Raden Saleh. Lukisan-lukisan karya Raden Saleh lainnya adalah ‘ Perkelahian dengan Binatang Buas’, ‘Merapi yang Meletus’, ‘Hutan Terbakar’, ‘Potret Sultan Hamengku Buwono VIII’, ‘Banjir’, ‘potret seorang tua menghadap buku dan globe’, ‘potret putra putrid de Jonge’, ‘ potret Hentzpeter, dan ‘potret keluarga Raden Saleh’.

2. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi)
Pada periode ini para pelukisnya cenderung mengangkat tema lukisan lanskap/pemandangan dengan teknik naturalis yang baik. Indonesia dikesankan sebagai tempat yang indah permai, tenang, tenteram dan damai. Obyek dominan lukisan pada zaman ini adalah sawah, gunung, pohon kelapa, dan wanita cantik.
Lukisan Era Indie Mooi karya Wakidi

Para pelukis yang hidup pada masa ini adalah: Abdullah Suryo Subroto, Mas Pringadi, Wakidi, Basuki Abdullah, W.G. Hofker, R. Locatelli, Le Mayeur, Roland Strasser, Ernest Dezentje, dan Rudolf Bonnet.

3. Masa Cita Nasional/Persagi
Pada masa ini, sebagian pelukis Indonesia yang memiliki rasa empati yang tinggi terhadap nasib bangsanya yang masih dijajah tergerak hatinya untuk menyamakan persepsi menyatukan diri membentuk Perkumpulan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) pada tahun 1938 di Jakarta.

Anggota PERSAGI
Sumber:  Drs. Banu Arsana, ”Modul Seni Lukis Realisme”


Sudjoyono,”Di depan kelambu terbuka”

Pada masa Persagi ini, ada seorang pelukis yang bernama S. Sudjojono sebagai pelopor untuk menampilkan tema lukisan yang berbeda dengan sebelumnya, dengan menekankan pada gaya impresionisme dan ekspresionisme. S. Sudjojono mendapat dukungan teman-taman sesame pelukis yaitu Agus Djaja Suminta, L. Sutioso, Rameli, Abdul Salam, Otto Jaya, S. Sudiarjo, Emiria Sunassa, Saptarita Latif, Hendro Jasmara, Sutioso, Herbert Hutagalung dan S. Tutur.


4. Masa Pendudukan Jepang (1942)
Pada masa ini berdirilah sebuah organisasi yang bernama Keimin Bunko Sidhoso (lembaga pusat kebudayaan). Para pelukis yang bernaung dibawah organisasi ini antara lain Otto Djaja, Kartono Yudhokusumo, dan Hendra Gunawan.

Karya Hendra Gunawan

5. Masa Revolusi
Masa revolusi terjadi pasca kemerdekaan tahun 1945. Pada masa itu, tema lukisan umumnya tentang perjuangan.Pelukis Affandi banyak membuat poster bertemakan semangat patriotik. Ada juga karya graffiti, tulisan di dinding tembok, kereta api yang berisi tentang semangat anti penjajahan dalam bahasa Inggris, agar dipahami oleh orang asing, khususnya tentara sekutu.

Karya Affandi: Para Pejuang


6. Masa 1950
Pada masa ini tema lukisan mengikuti alur perkembangan politik pada masa itu. Beberapa parpol mendirikan lembaga kesenian. Beberapa pelukis terkenal pada masa itu diantaranya Batara Lubis, Djoko Pekik, dan Amrus Natalsya.
Djoko Pekik 'Berburu Celeng'


7. Masa Kontemporer/Seni Rupa Indonesia Baru
Pada masa ini pelukis bebas berekspresi dan karya seni lebih bersifat eksperimental. Pelukis terkenal antara lain Munni Ardhi, Dede Eri Supria, Hardi, Harsono, dan lainnya. Pada era sekarang ini para pelukis Indonesia sangat produktif berkarya dan juga sangat kreatif. Hal ini dapat dibuktikan dengan beragamnya corak, gaya dan bentuk visual karya lukisannya. Tidak hanya seni lukis saja yang berkembang tumbuh subur, namun juga seni patung, grafis seni, dan sebagainya.

Contoh karya seni rupa kontemporer

Labels:

Wednesday, February 16, 2022

Macam-Macam Teknik Seni Rupa Dua Dimensi yang Perlu diketahui

Sejak dahulu karya seni telah direproduksi selama puluhan tahun. Reproduksi karya seni pertama kali terjadi pada Abad Pertengahan dan berkembang di abad ke-19 dengan munculnya fotografi dan teknik litografi. Reproduksi karya seni pada jenis ini termasuk foto, cetakan, litograf, dan reproduksi patung . Reproduksi seni merupakan duplikat atau hasil ulang dari karya seni yang asli, karena penggandaannya itulah maka karya duplikat tersebut dinilai tidak terlalu mahal dan dapat diperlukan orang bagi yang ingin memiliki dan atau mengoleksinya.
Contoh teknik cetak cor
  • Cetakan, Selama puluhan tahun, seniman menggunakan cetakan dari pekerjaan mereka untuk meningkatkan keuntungan dalam memproduksi suatu karya. Selain itu merepro merupakan cara mudah untuk lebih terjangkau publik. Teknik cetak yang saat ini paling banyak digunakan adalah untuk mereproduksi lukisan terkenal.
  • Litografi, Litografi adalah sebuah teknik pencetakan yang ditemukan pada tahun 1798. Desain digambar dengan kapur berminyak pada sebuah lempengan batu tebal. Selanjutnya batu ditutupi dengan air dan tinta. Tinta melekat pada daerah menorehkan tetapi bukan daerah tertutup oleh air. Akhirnya, kertas diterapkan untuk lempengan, memindahkan gambar bertinta pada kertas. Mereka menggunakan teknik ini karena ingin membuat beberapa salinan dari pekerjaan mereka. Seniman terkenal seperti Goya, Daumier, dan Manet menggunakan teknik ini untuk menghasilkan beberapa karya seni mereka. Namun, cara ini tidak dapat digunakan untuk mereproduksi lukisan ataupun gambar.
Baca juga: Teknik Pembuatan Cor Logam di Indonesia - bagian 1
  • Patung, Karya patung dan relief dapat direproduksi dengan menggunakan gips (plaster of Paris). Penggunaan teknik ini untuk membuat duplikat patung/relief semirip mungkin dengan aslinya. Langkah pertama dalam proses ini adalah penyiapan bahan dan alat, melapisi model patung/relief menggunakan minyak untuk memudahkan membuka sehingga dapat meminimalisir kerusakan pada patung atau relief aslinya. Tempat koleksi karya repro ini ada di museum Victoria dan Albert di London. Kedua museum tersebut memiliki koleksi reproduksi patung terkenal, seperti Michelangelo Daud, yang disuguhkan dalam pameran permanen.
  • Fotografi, Dalam fotografi ada cara lain mereproduksi gambar dan lukisan dengan teknik yang baik. Dengan munculnya fotografi pada abad ke-19, seni litografi lambat laun menjadi menurun popularitasnya dalam seni cetak. Seniman Charles Ebbets (pada tahun 1932), mencoba menangkap sebelas orang pada saat istirahat makan siang, duduk di sebuah balok baja, selama pembangunan Rockefeller Center. Kemudian gambar ini direproduksi berkali-kali dengan teknik fotografi dan pencetakan. Hal ini juga menginspirasi karya seni lainnya, seperti pada kehidupan dan ukuran patung.
Baca juga: 12 Gaya Lukisan Peserta Didik Menurut Herbert Read

Labels:

Gambar Mistar Ornamen, Pengertia Gambar Mistar Ornamen Ragam Hias

Menggambar mistar sebenarnya hampir mirip dengan menggambar bentuk. Menggambar bentuk adalah menggambar kemiripan bentuk/model suatu benda dengan mengunakan keterampilan tangan (tanpa bantuan mistar), ukuran-ukuran perbandingan dari benda yang kita gambar hanya dibuat berdasarkan perkiraan kemampuan pengamatan.
Contoh karya Gambar Mistar Ornamen
Sedangkan menggambar mistar adalah menggambar ketepatan bentuk suatu benda dengan menggunakan penggaris (mistar) dan alat bantu lainnya seperti jangka, trekpen, rapido, dll. Perbandingan ukuran skala sangat diperhatikan dalam menggambar mistar, selain itu juga harus memperhatikan ketepatan ketebalan garis, kerataan garis dan juga sambungan atau hubungan garis.

Dengan demikian gambar mistar dapat diartikan membuat suatu gambar baik berupa hiasan atau bangun-bangun geometris melalui konstruksi matematis dengan bantuan mistar.

TEKNIK MENGGAMBAR MISTAR ORNAMEN
Menggambar ornamen mistar atau dalam istilah kesenirupaan sering disebut juga Menggambar Mistar Ornamen (MMO) merupakan kegiatan menggambar ornamen atau ragam hias dengan menggunakan alat bantu mistar atau penggaris. Selain itu digunakan pula alat bantu berupa jangka, penggaris segitiga (segitiga siku-siku yang mempunyai sudut 90, 60, 45, dan 30 derajat), mal, trekpen, rapido (dapat pula menggunakan drawing pen) yang memiliki ukuran ketebalan garis yang tepat, maupun alat bantu lainnya guna mempermudah pengerjaan gambar.

Dalam perkembangannya, gambar ornamen mistar saat ini banyak dibuat dengan teknik digital melalui beberapa program yang ada dalam komputer seperti program CorelDraw, Paint, Autocad, dan lain-lain. Akan tetapi proses pembuatan secara manual tetap diperlukan karena tidak semua motif atau jenis gambar ornamen mistar dapat ditempuh melalui komputer.

Dalam menggambar ornamen mistar dituntut ketelitian menggunakan teknik yang benar dan ukuran-ukuran yang tepat karena gambar seperti ini merupakan bagian dari menggambar teknik, seperti gambar arsitektur (interior maupun eksterior). Dengan kata lain, menggambar ornamen mistar merupakan langkah awal untuk belajar gambar teknik seperti gambar proyeksi dalam desain arsitektur.

Gambar ornamen mistar banyak diterapkan pada desain interior seperti desain tegel keramik, desain plafon, kaca hias, desain teralis sebuah pagar atau jendela, wallpaper, dan lain-lain. Motif yang dipakai dlam gambar ornamen mistar banyak dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris seperti, lingkaran, segitiga, segiempat, segilima, segienam dan seterusnya. Namun, dapat pula menggunakan motif lain, asalkan proses pembuatannya tetap menggunakan alat bantu yang telah disebutkan di atas.

FUNGSI DAN TUJUAN MENGGAMBAR MISTAR
Berdasarkan fungsinya, menggambar mistar juga sering disebut dengan menggambar teknik, menggambar konstruksi, atau gambar kerja, hal itu karena gambar mistar memiliki fungsi atau tujuan untuk :
  1. Membuat hiasan berupa bangun-bangun geometris yang banyak digunakan  dalam kegiatan perancangan tekstil dan tata ruang.
  2. Sebagai gambar kerja yang dapat menjelaskan bagian-bagian konstruksi dari suatu bangun atau benda secara terperinci , misalnya gambar konstruksi bangunan, rancangan furniture, rancangan mesin, dan sebagainya.
  3. Sebagai gambar penjelasan  dari wujud suatu benda atau bangun dengan perbandingan ukuran yang akurat sehingga mendekati wujud yang sebenarnya.
Baca juga: Motif dan Pola Ragam Hias
MEDIA MENGGAMBAR MISTAR ORNAMEN
Media yang diperlukan dalam menggambar mistar adalah sebagai berikut:
  1. Kertas, Kertas yang digunakan biasanya kertas gambar putih atau kertas kalkir. Ukuran-ukuran atau format kertas yang lazim dipakai adalah sebagai berikut:
  2. Penggaris (mistar), Penggaris yang paling sering diperlukan dalam menggambar mistar adalah sepasang penggaris segi-tiga yang terdiri dari segi-tiga siku sama sisi dengan masing-masing sudut miringnya 450  dan pengaris segi-tiga siku dengan masing-masing sudut miringnya 300  dan 600 . Selain itu diperlukan juga penggaris dengan tepi atau sisi miring, siku, atau sisi lebih tipis dari tengah mistar. Penggaris ini diperlukan untuk menggambar garis dengan rapido atau trekpen agar tidak terjadi rembesan tinta.
  3. Pensil, rapido dan trekpen
  • Pensil yang baik untuk menggambar mistar ialah : H untuk kertas gambar putih dan 2H untuk kertas kalkir.
  • Rapido, adalah alat tulis/gambar bertinta. Rapido tersedia ukuran dari 0,1 mm sampai 1,2 mm.
  • Trekpen merupakan perlengkapan jangka yang gunanya sama dengan rapido. Trekpen dapat diatur penggunaan tebal-tipisnya tinta sesuai dengan keperluan. Hanya saja dalam menggunakan alat ini harus lebih hati-hati karena riskan terhadap rembesan tinta. Tetapi kalau mampu menguasai terkpen tersebut maka hasil gambarnya lebih rapi.
  • Jangka, selain digunakan untuk membuat garis lingkaran, jangka juga dapat digunakan untuk membagi sudut, memindahkan  panjang garis tertentu dan sebagainya. Jangka yang baik memiliki bagian-bagian yang dapat diatur/distel sesuai dengan keperluan penggambaran dan juga dengan jarum penusuk yang kecil dan runcing.
Baca juga: Contoh Gambar Deformasi Ragam Hias Hewan dan Tumbuhan

Labels:

Cara Membuat Batik Dengan Teknik Ikat Celup

Saat ini batik banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Batik tidak hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan formal saja seperti acara pernikahan atau kegiatan sekolah. Namun, batik sudah dapat juga digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Motif batik juga sangat beragam. Ada yang bermotif sederhana ada juga yang rumit.

Contoh hasil karya batik ikat celup
Pada umumnya ragam hias pada kain mengambil bentuk geometris dan nongeometris. Bentuk geometris adalah bentuk yang menyerupai bentuk ilmu ukur seperti segiempat, lingkaran, atau segitiga. Bentuk ini ditampilkan dalam bentuk motif tumpal meander dan pilin. Adapun motif nongeometris adalah motif flora dan fauna serta bentuk lainnya seperti batu dan awan.

Prinsip utama dalam proses membatik adalah tutup celup. Bagian tertentu pada kain ditutup dengan bahan lilin/malam. Kamu dapat memakai canting jika kamu membuat batik tulis, menggunakan kuas jika membuat batik lukis, dan menggunakan cetakan jika kamu membuat batik printing. Adapun jika kamu menginginkan batik celup ikat, kamu bisa menggunakan karet atau tali rapia sebagai pengikat atau perintangnya.

Sekarang kita akan belajar membuat batik dengan teknik celup ikat.
1. Alat dan Bahan
  • Kain mori
  • Pewarna seperti wantek/indigosol/naphtol
  • Panci
  • Kompor
  • Karet gelang/tali rapia
  • Garam dapur secukupnya
  • Gawangan
  • Pengaduk
2. Cara Membuat Batik Ikat Celup
Batik ikat celup merupakan cara memberi motif pada kain putih dengan teknik celupan. Dasar pembuatan motifnya adalah adanya bagian-bagian yang tertutup sehingga pada proses pencelupan bagian tersebut tidak terkena cairan warna. Cara menutup bagian itu adalah mengikat erat-erat sehingga rembesan warna pencelup tertahan oleh ikatan itu. Untuk lebih memahami cara kerjanya, coba kamu praktikkan membuat taplak dengan teknik ikat celup.
  • Guntinglah kain putih (mori) sesuai ukuran, misalnya 40 x 60 cm
  • Ikatlah bagian kain dengan menggunakan alat pengikat, sebaiknya karet gelang atau tali rapia.
  • Ikatan boleh mengambil dari tengah kain atau pinggir kain, motifnya segaris atau memusat tergantung dari mana mengikat dan seberapa banyak bagian kain yang diikat. Semakin banyak bagian kain yang diikat maka akan semakin banyak pula motif yang dihasilkan.
  • Untuk menambah variasi bentuk, sebelum mengikat kain bubuhkanlah benda seperti kelereng, uang logam, batu kerikil, pecahan genting atau pecahan keramik yang telah dibentuk.
  • Setelah selesai siapkan warna pencelup. Masing-masing pencelup berbedabeda, baik jenisnya maupun cara penyajiannya. Kamu ambil pencelup yang mudah ditemukan yaitu wantek.
  • Siapkan panci, isi dengan air, lalu masak di kompor.
  • Setelah itu taburkanlah pewarna (wantek) pada panci dan garam dapur secukupnya (baca aturan pakai pada bungkusnya). Aduk sampai rata.
  • Setelah agak mendidih celupkanlah kain tersebut ke dalam panci tersebut.
  • Jika menginginkan satu warna maka kain semuanya dicelup. Namun jika menginginkan lebih dari satu warna maka bagian yang lain disisakan untuk pencelupan dengan warna berikutnya. Kamu dapat juga menghalangi bagian tertentu dengan plastik supaya tidak terkena cairan.
  • Setelah warna meresap ke kain, angkat dan tiriskan
  • Kemudian buka ikatannya.
  • Tiriskan pada gawangan atau tempat jemuran
  • Jadilah karya batik ikat celup.
  • Hal ini bisa di aplikasikan pada pakaian/kaos yang telah jadi.

Labels:

Motif ragam hias yang merupakan varian antara pola meander dan pilin adalah motif ...

Motif ragam hias yang merupakan varian antara pola meander dan pilin adalah motif ...
a. meander
b. pohon hayat
c. sayap
d. swastika

Jawab: D
Pembahasan:
Jadi jawaban yang benar adalah swastika

Tanggapan:
Jika kamu punya jawaban yang lain silahkan tulis pada kolom komentar yang ada dibawah.


Labels:

Motif ragam hias berbentuk dasar segitiga sama kaki adalah motif ...

Motif ragam hias berbentuk dasar segitiga sama kaki adalah motif ...
a. tumpal
b. pilin
c. meander
d. kawung

Jawab: A
Pembahasan:
Jadi jawaban yang benar adalah tumpal.

Tanggapan:
Jika kamu punya jawaban yang lain silahkan tulis pada kolom komentar yang ada dibawah.


Labels: