Monday, February 3, 2020

Sejarah Seni Kriya di Indonesia part 2 (Pekerja Kriya di Indonesia pada Masa Lampau)

Setelah itu kebudayaan Indonesia mendapat pengaruh kebudayaan India, kebutuhan akan artefak guna memenuhi kebutuhan hidup meningkat. Karena pengetahuan teknologi berkembang maka hasil seni kriya mulai bervariasi baik dalam teknik, bentuk maupun fungsi. Periode tersebut dinamakan zaman klasik atau zaman Hindu Buda yang berlangsung dari abad ke VIII - X Masehi. Bukti-bukti peninggalan berupa prasasti yang banyak menyebut tentang pekerjaan yang digolongkan sebagai seni kriya, jenis-jenis kriya pada masa itu dapat digolongkan berdasarkan :
  1. Bahan pokok yang digunakan seperti bambu, kayu, tanah, batu, kain dan logam
  2. Barang-barang yang dihasilkan seperti : alat pertanian, alatalat upacara, barang-barang perhiasan.
  • undagi (tukang kayu),
  • amahat (pemahat),
  • katambaran (pande tembaga),
  • dhatudhagda (pande emas).
Dalam Prasasti Mantyasih, prasasti Poh dari abad ke 9 Masehi, disebutkan beberapa kelompok profesi sesuai dengan barang yang dikerjakan yaitu:
  • tukang permata,
  • tukang perhiasan emas.

Baca juga: Seni Ukir

Arca sebagai produk kriya dibuat sebagai perwujudan dewa, maka pembuatannya harus memenuhi ketentuan keagamaan baik dari segi teknis maupun ikonografis. Contoh : tinggi 10 tala (yaitu 10 kali ukuran dari ujung dagu sampai pada batas dahi).


Bahan arca tidak hanya terbuat dari bahan logam, istilah-istilah yang digunakan untuk membedakan bahan antara lain:
  1. lepaja arca dari tanah liat
  2. sikata arca dari pasir
  3. sailaja arca dari bahan batu
  4. darughatita arca dari kayu
  5. pakaja arca dari logam
  6. ratnaja arca dari permata
  7. citraja arca berupa lukisan pada lembar kain, dan lain sebagainya.

Baca juga: Anyaman Bambu

Dalam masa lalu, kriya tidak hanya dibuat dari bahan logam. Beberapa istilah dalam prasasti menyebutkan pekerjaan kriya dari bahan bambu atau kayu adalah sebagai berikut:
  • Magawai kisi pembuat keranjang atau bakul
  • Magawai payung wlu pembuat payung sutra
  • Magawai rungki pembuat tenggok atau bakul
  • Manarub pembuat dekorasi dari bahan daun kelapa
  • Manganamanam pembuat barang anyaman dan lain sebagainya.
Benda-benda peralatan untuk kebutuhan sehari-hari atau untuk peralatan upacara, khususnya milik kaum bangsawan atau kerajaan banyak mendapat sentuhan khusus, dihias sesuai dengan ekspresi yang ingin diwujudkan. Kaum bangsawan dan para raja menghias senjata perlengkapan hias sebagai simbol kebesaran dengan batu permata dan logam emas atau perak serta batu mulia. Ornamen hias yang berupa ragam hias flora, unsur-unsur geometris (segi empat-segi tiga-lingkaran dan lainnya) juga banyak disertakan untuk menghias peralatan upacara, peralatan dapur dan berbagai jenisperalatan kebutuhan hidup. Batu permata, berlian, mutiara dan batu mulia digunakan sebagai bahan penghias senjata kebesaran, perhiasan perlengkapan wanita maupun mahkota yang dikenakan oleh para Raja. Semua itu menunjukkan bahwa kriya telah berkembang sejak masa lalu sampai masa kini.


Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home