Patung Suku Asmat: Karya Seni Rupa 3D Tradisi dari Papua yang Terkenal Hingga Luar Negeri
Karya seni rupa tiga dimensi (tri matra) di Indonesia merupakan salah satu peninggalan karya seni rupa tradisi yang sudah dibuat oleh bangsa Indonesia jauh sebelum adanya pengaruh karya seni rupa dari Barat (Eropa). Contoh karya seni rupa tiga dimensi adalah bangunan arsitektural seperti candi, patung, tempat peribadatan (masjid, pura, wihara), rumah adat, gapura, istana raja, dan batu nisan. Bangunan candi dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Patung ada yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha, tetapi ada juga patung yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan animisme dan dinamisme. Begitu juga bentuk arsitektural rumah adat juga dipengaruhi oleh unsur-unsur kepercayaan masyarakat setempat. Gapura atau pintu gerbang ada yang dipengaruhi unsur agama Hindu dan Budha. Istana raja dan batu nisan dipengaruhi oleh unsur Hindu, Budha dan Islam.
Diantara karya seni rupa 3 dimensi tradisi dari Indonesia yang terkenal hingga luar negeri salah satunya adalah patung yang berasal dari tanah papua yaitu patung suku asmat.
Baca Juga: Teknik Pembuatan Cor Logam di Indonesia - bagian 1
Patung Asmat
Suku Asmat merupakan suku di Papua yang terkenal akan hasil ukiran kayu uniknya. Suku ini terbagi menjadi dua populasi yakni suku yang tinggal di pesisir pantai serta suku yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi berbeda dalam banyak aspek seperti cara hidup, dialek, ritual, bahkan struktur sosial. Suku asal Papua ini meyakini, bahwasanya mereka berasal dari keturunan Dewa Fumeripitsy.
Pemahat Patung Asmat Papua |
Baca Juga: Teknik Pembuatan Cor Logam di Indonesia - bagian 2
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Asmat sendiri ini digolongkan berdasarkan wilayah populasi, yaitu wilayah pantai atau hilir sungai dan hulu sungai. Pembagian bahasa Asmat hilir sungai ini dibagi menjadi bagian kelompok pantai barat laut dan bagian kelompok pantai barat daya. Sementara pembagian bahasa Asmat hulu terbagi menjadi kelompok Keenok serta Kaimok.
Suku Asmat yang mendiami kawasan timur Indonesia di sepanjang pesisir pantai selatan Propinsi Papua yang kaya pohon sagu dan pohon bakau. Patung asmat dibuat dari batang pohon bakau. Bagi masyarakat suku Asmat patung bukan sekedar benda yang bernilai estetis, namun juga sebagai media yang digunakan untuk mengimplementasikan nilai seni yang dimiliki masyarakat suku Asmat tersebut. Patung menjadi penghubung mereka dengan arwah nenek moyang. Semua patung Asmat dibuat dari batang pohon bakau.
Contohnya patung mbis dibuat sebagai perlambang adanya sosok nenek moyang dalam kehidupan sehari-hari mereka. Suku Asmat mempercayai orang yang sudah meninggal mampu ditemukan kembali di dalam bentuk patung Mbis. Patung Mbis dibuat oleh Wow Ipits, sebutan bagi orang yang memiliki keahlian dalam membuat ukiran patung.
Patung mbis dipajang di depan rumah sebagai simbol adanya komunikasi antara dunia kematian dan dunia kehidupan.
Selain patung mbis, ada juga patung kewenak. Patung kewenak adalah patung yang dibuat untuk mengenang suatu peristiwa yang terjadi dalam suatu keluarga. Patung jenis ini biasanya disimpan di rumah Yeu atau rumah laki-laki suku Asmat.
Ada juga patung tunggal atau patung rangkap. Patung jenis ini biasanya mendokumentasikan dongeng atau cerita rakyat.
Sumber: wawasan seni dan desain jilid 1
Labels: patung
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home